https://medan.times.co.id/
Berita

Ritual Repit di Desa Lailara Sumba Timur Memiliki Kekuatan Mistik

Kamis, 25 April 2024 - 17:10
Ritual Repit di Desa Lailara Sumba Timur Memiliki Kekuatan Mistik Prosesi upacara ritual Repit di Desa Lailara, Kecamatan Katala Hamu Lingu, Sumba Timur. (FOTO: Habibudin/TIMES Indonesia)

TIMES MEDAN, SUMBA TIMURRitual Repit bagi orang Sumba Timur di Desa Lailara, Kecamatan Katala Hamu Lingu, Kabupaten Sumba Timur memilki kekuatan mistik.

Kegiatan tersebut biasa dilakukan pada bulan yang bertepatan dengan perayaan 1 Syuro bahkan hal itu dilakukan oleh warga Lailara setiap bulan Maret guna memohon panen dan kemakmuran untuk masa depan.

Hal itu dikatakan Budayawan Sumba Yudi TT Rawambaku yang juga Kabid Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata Kabupaten Sumba Timur, Kamis (25/4/2024).

Ia menjelaskan, inti dari acara itu adalah mereka mengeluarkan kain yang disimpan selama bertahun-tahun. Kain itu sangat unik dan memilki kekuatan mistik karena setiap tahun kain itu berubah warna (tipis dan cenderung robek).

ritual-Repit-2.jpg

Yudi mengatakan menjelang ritual masyarakat setempat tidak melakukan kegiatan berkebun atau bertani, berburu serta puasa dalam beberapa hari kemudian melaksanakan beberapa ritual dalam prosesi adat yang disebut “Hamayang”.

Prosesi adat ini mereka memohon yang kuasa untuk melindungi dan menyediakan kemakmuran untuk pertanian, perkebunan, dan lainnya juga memohon dilindungi dari bencana alam.

Uniknya kain ini, kata Yudi, dikeluarkan dari rumah adat melalui dari atap rumah adat tentunya ini adalah salah satu kekayaan budaya Sumba Timur dari beberapa upacara cek adat budaya lainnya.

“Jadi ritual Repit yang dilaksanakan di Lailara itu untuk mengenang perjalanan kehidupan manusia pertama (Ama Ndaba dan Ina Ndaba) yakni Adam dan Hawa dan kejatuhan manusia pertama serta tindakan Mawulu Tauuntuk menutup malu karena Ama Ndaba dan Ina Ndaba saat itu dalam keadaan telanjang Karena telah berbuat dosa,”tuturnya. 

Menurut Yudi, upacara ritual Repit ini sudah 10 tahun tidak berjalan maka oleh sebab itu pada 26 Maret 2024 lalu masyarakat adat Lailara melaksanakan ritual Repit di Desa Lailara. Bahkan dapat dibanggakan dalam acara tersebut dengan dana swadaya masyarakat demi mempertahankan adat ritual Repit.

Dengan terlaksananya ritual Repit ini merupakan upaya Pemerintah Daerah dalam hal itu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sumba Timur mampu menggandeng masyarakat adat.

“Yang terkait dengan acara ritual Repit itu yakni Sekretaris Dinas Pariwisa Sumba Timur Ibu Risparia Ranggambani dan seluruh staf Dinas Pariwisata serta masyarakat adat untuk menghadiri acara tersebut karena Repit salah satu kekayaan budaya Sumba Timur yang diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) di Indonesia,”papar Yudi.

ritual-Repit-3.jpg

Secara terpisah Bupati Sumba Timur Khristofel Praing menegaskan, dalam berbagai pertemuan hingga even-even yang dilaksanakan pihaknya mendorong berbagai organisasi perangkat daerah baik di tingkat kecamatan maupun Desa.

“Jadi dalam membangun Sumba Timur harus dilandasi pada budaya jika tidak maka budaya seperti sedang mambangun dalam awan-awan,”  tandas Khristofel.

Maka semangat itulah yang membuat Khristofel bersama tokoh adat dan masyarakat Lailara melaksanakan ritual Repit yang sudah tidak berjalan sejak tahun 2013 yang lalu. Tentunya dengan dukungan semuanya semoga kegiatan ini bisa berjalan pada tahun-tahun yang akan datang. (*)

Pewarta : Moh Habibudin
Editor : Hendarmono Al Sidarto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Medan just now

Welcome to TIMES Medan

TIMES Medan is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.