TIMES MEDAN, JEPARA – Ketua Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PGNU), DR KH Nasrulloh Afandi, Lc, MA, atau yang akrab disapa Gus Nasrul, menyampaikan pesan mendalam dalam khutbah Jumat yang disampaikannya di Masjid Agung Baitul Makmur, Jepara, Jawa Tengah, Jumat (9/5/2025).
Dengan mengangkat tema "Urgensi Introspeksi Diri Perspektif Islam", ia menyoroti kondisi moral bangsa yang ia sebut sedang dalam keadaan darurat.
"Tak berlebihan jika saya katakan, Indonesia bahkan dunia internasional saat ini sedang dalam keadaan darurat. Darurat saling menghujat dan tidak tahu diri," tegas Gus Nasrul di hadapan jamaah.
Wakil Ketua Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama MUI Pusat ini menyayangkan fenomena sosial yang kian mengakar, terutama di media sosial. Menurutnya, kini banyak orang gemar mencari-cari kesalahan orang lain, sebuah perilaku yang dalam istilah fikih disebut tajassus.
"Setiap detik, ribuan hingga jutaan orang sibuk menyoroti aib orang lain. Entah di WhatsApp, TikTok, Instagram, atau Facebook. Saling menyalahkan, saling mencela, bahkan menjadikan hal itu sebagai konten yang mendatangkan uang," ungkap Gus Nasrul prihatin.
Ia menyoroti perilaku sebagian konten kreator yang menjadikan aib orang lain sebagai bahan viral demi mendapatkan popularitas dan keuntungan. “Innalillahi rojiun, ini sungguh kerusakan akhlak,” tukasnya.
Menurut Gus Nasrul, krisis ini berakar dari hilangnya sifat tawadhu' atau rendah hati. Banyak orang dengan pengetahuan terbatas merasa paling benar, paling paham, bahkan tak segan menghujat pihak lain.
“Seorang awam soal agama bisa lancang berkomentar tentang fatwa ulama. Yang tidak tahu politik bicara soal kebijakan negara. Bahkan ada tukang parkir mencaci gagasan ilmiah seorang dosen,” papar Gus Nasrul dengan nada miris.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa Islam tetap menganjurkan memberi saran dan kritik, termasuk terhadap pemimpin atau institusi. Namun, semuanya harus dilakukan dengan adab dan sopan santun.
“Mengkritik itu dianjurkan, untuk kebaikan bersama. Tapi jika dilakukan dengan cara mencaci di ruang publik seperti media sosial, itu bukan hanya dosa, tapi juga memicu masalah baru,” tegasnya.
Dalam khutbahnya, Gus Nasrul juga mengutip QS Al-Hasyr ayat 18 yang menyeru umat Islam untuk bertakwa dan mengevaluasi diri. Ia menyebut bahwa ulama besar maqashid syariah, Imam Thahir Ibn 'Asyur, membagi ayat itu dalam dua poin penting: introspeksi atas ketakwaan di dunia dan persiapan bekal untuk akhirat.
Selain itu, Gus Nasrul juga merujuk pada kitab “Muhasabatu An-Nafs” karya Imam Ibnu Abi Ad-Dunya yang memuat nasihat Umar bin Khattab: “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah amal kalian sebelum nanti ditimbang di akhirat.”
Gus Nasrul menutup khutbahnya dengan mengajak jamaah untuk memulai dari diri sendiri. Jika satu keluarga, satu lingkungan, bahkan satu desa fokus pada introspeksi diri dan bukan mencari-cari kesalahan orang lain, maka akan lahirlah masyarakat yang saleh dan harmonis.
“Bayangkan jika ada satu desa atau kabupaten yang warganya fokus memperbaiki diri, bukan saling menyalahkan. Pasti wilayah itu akan dikenal sebagai lingkungan yang saleh dan harmonis,” tutup Gus Nasrul yang juga pengasuh Pesantren Balekambang, Jepara.
Khutbah Jumat yang sarat makna dari Gus Nasrul itu turut disimak Kapolres Jepara AKBP Eric Budi Santoso, SH, SIK, MH, Wakapolres, serta jajaran kasat di lingkungan Polres Jepara. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pesan Gus Nasrul di Masjid Agung Jepara: Indonesia Sedang Darurat Introspeksi Diri
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ronny Wicaksono |