https://medan.times.co.id/
Forum Mahasiswa

Melompat Lebih Jauh dengan AI

Rabu, 02 Juli 2025 - 09:20
Melompat Lebih Jauh dengan AI Muhammad Ridho Rezkita, Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Mataram.

TIMES MEDAN, MATARAM – Belakangan saya melihat banyak sekali fenomena disrupsi di lingkungan masyarakat khususnya Gen Z. banyak keahlian yang dipelajari selama bertahun-tahun berubah menjadi skill yang sederhana dan dapat dilakukan dengan mudah dengan komputer. 

Sebut saja soal menulis, coding, desain komunikasi visual, bahkan di lingkungan pertanian. Disrupsi ini tidak lepas dari adanya pengaruh Artificial Intelligence (AI). 

Sebagian besar kita mungkin tidak pernah menyangka kalau AI ini akan begitu merepotkan. Anda bisa bayangkan dengan kemudahan teknologi, persaingan dunia kerja akan lebih ketat. 

Anda yang berpengalaman bisa saja kalah dengan orang baru. Perusahaan tentu tidak ingin ambil pusing soal pengalaman melainkan hanya melihat hasil dari pekerjaan. 

Selaras dengan itu, ada karyawan yang terpaksa dirumahkan lantaran skillnya tidak lagi diperlukan. Pekerjaan yang tadinya membutuhkan lima orang kini bisa dilakukan oleh satu orang saja. 

Pekerjaan yang awalnya dikerjakan 1 minggu kini bisa dikerjakan dalam satu jam. Pada posisi ini pengangguran akan semakin banyak dan diiringi dengan berbagai penyakit sosial. 

Ini menjadi semakin buruk jika melihat bahwa banyak dari Gen Z terjebak dalam status Sandwich Generations. Mereka wajib bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga dan kehilangan orientasi pribadi atas kebahagiaannya sendiri. Urusan dapur orang tua kadang kala bertentangan dengan kebutuhan skincare atau HP baru. 

Kejadian yang sepertinya mulai terlihat jelas ini nampaknya tidak jauh berbeda dengan sejarah Revolusi Industri. Kebutuhan terhadap keahlian manusia berkurang seiring kemampuan kerja mesin yang dianggap lebih produktif dan efisien. 

Pembiayaan produksi relatif lebih murah dibandingkan penggajian karyawan. Perusahaan juga tidak perlu lagi bersoal tentang etos kerja atau undang-undang ketenagakerjaan. 

Di sisi yang berbeda, AI sangat mampu membuat dapur setiap keluarga tetap berasap. AI dapat memenuhi kebutuhan skincare, Iphone terbaru, bahkan rumah hingga mobil mewah. 

Semua bergantung pada kreatifitas masing masing individu. Semua dapat dilihat dari fenomena munculnya banyak kreator konten. Banyak juga unit usaha yang dapat dikembangkan secara mandiri. 

Jadi, tidak sepenuhnya AI berdampak buruk apalagi mengganti peran manusia. Konten tulisan misalnya, setiap penulis punya cita rasanya masing-masing yang tidak bisa dijangkau AI. 

Kita bisa bicara soal framing, gaya bahasa, atau data yang dimiliki. Hal serupa juga berlaku pada desain, coding, atau sektor lain. Artinya, setiap kita tidak boleh sekedar tahu terhadap suatu keahlian melainkan menjadi ahli di bidang tersebut. 

AI tidak bisa ditolak atau dibatasi. Mengingat, berbicara produktivitas tidak hanya perkara persaingan di sektor domestic saja tetapi juga di mancanegara. 

Pasar global semakin terbuka dan menyentuh segala aspek kehidupan. Terlebih, keterlibatan AI tidak terbatas pada dunia usaha melainkan juga terjun dalam aktivitas politik antar negara. 

Inilah kemudian yang mestinya menjadi bagian dari kesadaran kita untuk menjadikan AI sebagai kebutuhan dasar dalam menyelami pendidikan saat ini. Bagi Millenial hingga Gen Z memang membutuhkan penyesuaian kembali dalam menjejaki dunia kerja. 

Meski demikian, situasi ini bukan fenomena yang terjadi secara tiba-tiba. Semua ini terjadi secara perlahan dan kita selalu memiliki ruang untuk beradaptasi. 

Sebetulnya, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen RI) telah melakukan pembahasan mendalam mengenai kebutuhan ini. Diskusi terpumpun dilakukan November 2024 dengan tema ‘Pengembangan Pembelajaran Coding dan Kecerdasan Buatan untuk Siswa Sekolah Dasar’. 

Selanjutnya pada tahun yang sama di bulan Desember,  diskusi kembali diadakan dengan tema ‘Pembelajaran Sistem Pemrograman dan Kecerdasan Buatan di jenjang SMP dan SMA’.

Kedua pembahasan ini diadakan dalam rangka meletakkan literasi digital dalam kurikulum Pendidikan nasional 2025-2026. Pembelajaran coding dipandang mampu mengajarkan pola pikir logis dan sistematis. 

Sementara Pendidikan AI meningkatkan pemahaman siswa tentang pengelolaan data dan pengambilan keputusan berbasis teknologi.

Uraian pembahasan ini sejatinya dapat kita pahami sebagai upaya membangun pondasi pengetahuan dan keahlian siswa menghadapi era digital. Saya secara pribadi melihat bahwa percepatan pada sisi ini perlu dilakukan untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain. 

Sehingga pada taraf paling minimum, kita dan negara lainnya memiliki penguasaan yang sama terhadap tools. Maka ke depan yang membedakan kita adalah hasil dari inovasi setiap manusia.

***

*) Oleh : Muhammad Ridho Rezkita, Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Mataram.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Medan just now

Welcome to TIMES Medan

TIMES Medan is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.