TIMES MEDAN, SIDOARJO – Di sebuah pendopo sederhana yang menyatu dengan rumah tinggalnya di Desa Krembangan, Kecamatan Taman, Sidoarjo, suasana sore itu tampak berbeda.
Sejumlah anak berkumpul, bukan untuk bermain seperti biasanya, melainkan belajar membaca Al-Qur’an dengan bahasa isyarat.
Inilah “Baitul Ashom” rumah belajar tuli yang sudah berdiri sejak tahun 2008, digagas oleh pasangan suami istri, Joko Prasetyo (46) dan Endah Riwayati (44).
Baitul Ashom lahir dari kepedulian mereka terhadap anak-anak tuli di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Joko menceritakan, awalnya ia dan istrinya hanya mengajak beberapa anak untuk belajar mengaji secara gratis. Dari mulut ke mulut, kabar itu menyebar. Kini, jumlahnya telah mencapai sekitar 30 anak yang rutin belajar setiap pekan.
“Di sini anak-anak belajar mengaji pakai bahasa isyarat, belajar membaca Al-Qur’an, pelajaran akademik, sampai mengembangkan keterampilan diri,” ungkap Joko, Pembina Baitul Ashom, Selasa (12/8/2025).
Fasilitas yang disediakan memang sederhana. Pendopo dan ruang tamu rumah menjadi kelas belajar. Namun, semangat yang terpancar dari wajah anak-anak dan para pengajar membuat suasana terasa hangat.
Tidak hanya mengajarkan ilmu agama, mereka juga dibimbing untuk melatih kepercayaan diri, berkomunikasi dengan lingkungan, dan memupuk rasa percaya bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk berprestasi.
Bagi Joko dan Endah, menjalankan rumah belajar tuli adalah panggilan hati. Mereka percaya, menjadi manusia yang bermanfaat berarti hadir untuk membantu sesama, terutama yang membutuhkan dukungan lebih.
“Harapan kami, anak-anak ini punya keterampilan dan potensi yang bisa dikembangkan untuk masa depan mereka. Kami ingin mereka berani bertemu dan bersapa dengan masyarakat,” tambah Joko.
Meski telah berjalan lebih dari 17 tahun, keberadaan Baitul Ashom masih mengandalkan dukungan pribadi dan bantuan dari donatur yang peduli. Namun, keterbatasan itu tak pernah memadamkan semangat mereka untuk terus membersamai anak-anak tuli belajar dan berkembang.
Bagi Joko dan Endah, setiap senyum dan kemajuan anak-anak inilah yang menjadi hadiah terbesar. Baitul Ashom pun bukan sekadar tempat belajar, tetapi rumah kedua yang mengajarkan arti kesetaraan, cinta, dan harapan bagi anak-anak tuli di Sidoarjo. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Rumah Sederhana di Sidoarjo Ini Jadi Tempat Anak Tuli Belajar Al-Quran dan Akademik
Pewarta | : Syaiful Bahri |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |